About

Senin, 03 Februari 2014

MENGURANGI PENCEMARAN POLUSI UDARA DENGAN BUDAYA BERSEPEDA(JLFR)



MENGURANGI PENCEMARAN POLUSI UDARA DENGAN BUDAYA BERSEPEDA
(Komunitas Jogja : JLFR-Jogja Last Friday Ride-)


 Penulis : Yudi Antono




 


Kendaraan bermotor telah lama menjadi salah satu sumber pencemar udara dibanyak kota besar dunia. Gas-gas beracun dari jutaan knalpot setiap harinya menimbulkan masalah serius di banyak kota-kota besar. Tak terkecuali di Yogyakarta, yang jutaan kendaraannya berbahan bakar bensin sehingga menjadi sumber pencemar udara terbesar di beberapa kota melebihi industri dan rumah tangga.Gas-gas pencemar udara seperti karbon monoksida (CO), plumbum (Pb), hidrokarbon (HC), oksida nitrogen (NOx) tanpa kita sadari kita hirup setiap harinya.Gubernur DI.Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X mengatakan, tingkat pencemaran udara di wilayah Jateng dan Yogyakarta makin tinggi, kalau tidak boleh dikatakan sudah memasuki nilai ambang batas, sehingga semua pihak diminta waspada dan berhati-hati. Sehubungaan dengan itu, perlu diambil langkah-langkah untuk menghindari kemungkinan hujan asam yang efeknya merugikan manusia. Secara umum, meski dari hasil penelitian belum dapat disimpulkan ada tren naik atau menurun dalam hal gas polutan yang dilepas ke udara, mengingat dari hasil pemantauan beberapa parameter menunjukkan angka fluktuatif, sesungguhnya pula harus diakui kualitas udara menurun. Bahkan beberapa pakar berpendapat, kualitas udara Yogyakarta sudah memasuki nilai ambang batas dan perlu diwaspadai. Karena itu perlu segera diambil langkah-langkah guna menghindari kemungkinan terjadi hujan asam. Sekarang di jalan raya makin banyak para pengendara sepeda motor yang mengenakan masker meskipun seadanya. Sebab, mereka menyadari bahwa tingkat pencemaran udara makin tinggi (Sri Sultan HB X, 2002).

 Kejadian ini sangat ironis karena kota yogyakarta pernah diakui sebagai kota sepeda.Tetapi pada zaman sekarang akibat tuntutan globalisasi membuat masyarakat memilih berpindah kendaraan bermotor sebagai moda trnsportasi.Hal ini sangat disadari oleh pemuda kreatif yogyakarta.Mereka akhirnya mebentuk sebuah komunitas yang dinamakan JLFR(Jogja Last Friday Ride) untuk menumbuhkan kembali jiwa budaya bersepeda di kota yogyakarta.JLFR adalah kegiatan bersepeda setiap jumat akhir bulan dengan mengumpulkan sebanyak-banyaknya para goweser dari komunitas sepeda apapun di yogyakarta. Kegiatan ini terilhami oleh peristiwa Critical Mass yang ternyata sudah menjadi tradisi gerakan bersepeda di lebih dari 300 kota di dunia. Satu pesan yang dibawa dari kegiatan jogja last friday ride adalah mengkampayekan sepeda sebagai sebuah alat transportasi untuk bekerja, ke kampus, ke pasar dan kemana saja. Badan menjadi sehat, bumi terawat dan temanpun menjadi banyak.

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2012 PAWARTOS HIMAYO All Right Reserved