MENGURANGI PENCEMARAN POLUSI UDARA DENGAN BUDAYA BERSEPEDA(JLFR)
MENGURANGI PENCEMARAN POLUSI UDARA DENGAN BUDAYA
BERSEPEDA
(Komunitas Jogja : JLFR-Jogja Last Friday Ride-)
Penulis : Yudi Antono
Kendaraan
bermotor telah lama menjadi salah satu sumber pencemar udara dibanyak kota
besar dunia. Gas-gas beracun dari jutaan knalpot setiap harinya menimbulkan
masalah serius di banyak kota-kota besar. Tak terkecuali di Yogyakarta, yang
jutaan kendaraannya
berbahan bakar bensin sehingga menjadi sumber pencemar udara terbesar di
beberapa kota melebihi industri dan rumah tangga.Gas-gas pencemar udara seperti
karbon
monoksida (CO), plumbum (Pb), hidrokarbon (HC), oksida nitrogen (NOx) tanpa
kita sadari kita hirup setiap harinya.Gubernur
DI.Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X mengatakan, tingkat pencemaran
udara di wilayah Jateng dan Yogyakarta makin tinggi, kalau tidak boleh dikatakan sudah
memasuki nilai ambang batas, sehingga semua pihak diminta waspada dan
berhati-hati. Sehubungaan dengan itu, perlu diambil langkah-langkah untuk menghindari
kemungkinan hujan asam yang efeknya merugikan manusia. Secara umum, meski
dari hasil penelitian belum dapat disimpulkan ada tren naik atau menurun dalam
hal gas polutan yang dilepas ke udara, mengingat dari hasil pemantauan beberapa
parameter menunjukkan angka fluktuatif, sesungguhnya pula harus diakui kualitas
udara menurun. Bahkan beberapa pakar berpendapat, kualitas udara Yogyakarta
sudah memasuki nilai ambang batas dan perlu diwaspadai. Karena itu perlu segera
diambil langkah-langkah guna menghindari kemungkinan terjadi hujan asam.
Sekarang di jalan raya makin banyak para pengendara sepeda motor yang mengenakan
masker meskipun seadanya. Sebab, mereka menyadari bahwa tingkat pencemaran
udara makin tinggi (Sri Sultan HB X, 2002).
Kejadian ini
sangat ironis karena kota yogyakarta pernah diakui sebagai kota sepeda.Tetapi
pada zaman sekarang akibat tuntutan globalisasi membuat masyarakat memilih
berpindah kendaraan bermotor sebagai moda trnsportasi.Hal ini sangat disadari
oleh pemuda kreatif yogyakarta.Mereka akhirnya mebentuk sebuah komunitas yang
dinamakan JLFR(Jogja Last Friday Ride) untuk menumbuhkan kembali jiwa budaya
bersepeda di kota yogyakarta.JLFR adalah kegiatan bersepeda setiap jumat akhir
bulan dengan mengumpulkan sebanyak-banyaknya para goweser dari komunitas sepeda
apapun di yogyakarta. Kegiatan ini terilhami oleh peristiwa Critical Mass yang
ternyata sudah menjadi tradisi gerakan bersepeda di lebih dari 300 kota di
dunia. Satu pesan yang dibawa dari kegiatan jogja last friday ride adalah
mengkampayekan sepeda sebagai sebuah alat transportasi untuk bekerja, ke
kampus, ke pasar dan kemana saja. Badan menjadi sehat, bumi terawat dan
temanpun menjadi banyak.
0 komentar:
Posting Komentar